Semua Orang Bisa Menjadi Blogger, Tapi Tidak Semuanya Bisa Menghasilkan Uang
Beberapa saat yang lalu saya sekilas membaca tulisan seseorang yang bercerita tentang kegaduhan yang membenturkan antara blogger dan wartawan. Yah, ini sih memang masalah sensitif karena sudah mencakup masalah lahan mencari uang. Buktinya hal ini bisa mencuat ke permukaan, tentu saja karena memang ada beberapa wartawan yang punya uneg-uneg fenomena menjamurnya blogger. Itu hal yang wajar, sesuatu yang berurusan dengan sesuap nasi kadang memang bikin ribut. Buktinya ya kita tahu sendiri soal taksi konvensional dengan yang online. Sampai terjadi tawuran kan. Cuma karena memang blogger ini kerjanya tidak di jalan, jadi tidak mungkin tawuran. Paling cuma sentil-sentilan lewat tulisan saja.
Memang menjadi wartawan itu lebih susah dari blogger. Oleh karena itu, saya lebih memilih untuk menjadi blogger saja. Haha. Mulai dari etika, harus menguasai ini dan itu. Sedangkan jadi blogger? Mudah. Cukup punya blog lalu menulislah dengan sesuka hati. Dengan seperti itu kamu akan menjadi blogger. Namun, untuk menjadi blogger yang bisa menghasilkan uang tentu saja tidak semudah itu. Ada beberapa hal yang harus dikuasai sesuai bidang yang digeluti.
Misal kamu ingin menjadi blogger traveler, ya harus suka jalan-jalan. Punya uang yang cukup banyak untuk membiayai perjalanan dan akomodasinya. Jika kamu ingin menjadi blogger kuliner, ya kamu harus suka makan dan tahu seluk beluk makanan. Atau jika kamu ingin menjadi blogger galau, ya tinggal nembak cewek cantik yang tidak mungkin menerimamu. Nanti kan juga galau dan bisa jadi tulisan. Dan kadang takdir pun tidak sejalan dengan yang diinginkan. Kadang sudah susah-susah mengeluarkan uang untuk modal menjadi blogger, eh tidak menghasilkan uang yang bisa menutup modal tadi. Malah kadang ada yang tidak menghasilkan uang sama sekali.
Jika wartawan menganggap blogger itu tidak tersertifikasi, itu memang benar. Namun, jika menganggap tidak terseleksi, itu kurang tepat. Selalu ada seleksi alam terhadap profesi apa pun. Bahkan jadi blogger itu berat, karena untuk menghasilkan uang dari profesi blogger ini memang tidak mudah. Ada yang bisa jamin kalau memutuskan jadi blogger lalu bisa menghasilkan uang? Tidak! Justru dari banyak blogger yang ada, hanya sebagian kecil yang bisa menghasilkan uang. Ingat, sebagian kecil! Dan orang yang bertahan dan mau terus belajarlah yang akan lulus seleksi alam ini.
Jadi jika mungkin ada wartawan yang mencibir blogger karena kerjaannya menurut dia ga pro atau ga etis, ya coba ditanyakan dulu. Jangan-jangan memang dia disuruh kerja seperti itu. Haha. Lah kayak saya ini apa coba kerjaannya? Ga jelas sama sekali. Blogger yang cuma bisa nulis acak-acakan, kasih backlink, lalu dibayar. Dan lebih anehnya, ada saja yang mau bayar saya.
Jika kamu merasa aneh atau tidak paham dengan cara kerja blogger itu sangat-sangat wajar. Bahkan dosen pembimbing skripsi saya yang bergelar doktor di bidang komputer pun juga bingung dengan pekerjaan saya. Kug bisa dengan cara begitu saya bisa hidup dan membiayai anak istri. Soal rejeki memang rahasia Ilahi. Asal yakin, kerja dikit, langsung dapat duit. Kalau tidak ditakdirkan dapat duit, gulung-gulung di jalan, banting tulang siang malam, juga tidak dapat duit. Beneran deh. Saya sudah merasakan kerja ngebut, eh duitnya seuprit.
Jadi memang tidak bisa dibenturkan antara wartawan dan blogger. Biarkan keduanya bekerja dengan gayanya masing-masing. Wartawan dan blogger ini ibarat laptop dan komputer rumahan. Sama-sama bisa dibuat kerja, tapi beda gayanya maupun mobilitasnya. Kalau laptop bisa nulis sambil ngopi di kafe atau warung kopi. Nah, kalau komputer rumahan masa mau dibawa semua? Kan tidak mungkin. Dan tentu saja jika dilihat dari performanya, komputer rumahan dengan spesifikasi yang sama dengan laptop, akan tetap menang komputer rumahan.
Itu sih sekilas tulisan saya mengenai fenomena blogger yang menjamur saat ini. Seperti khasnya blogger, tulisan saya ini mungkin jauh dari kaidah 5W+1H. Tapi di sanalah letak mengapa dinamakan blogger. Nulisnya suka-suka, lah wong medianya (blog) juga punya sendiri. Oh yah, FYI, karena saking ngetren-nya blogger ini, sampai-sampai anak dari teman bapakku yang sebelumnya wartawan kini banting setir jadi blogger loh.
Memang menjadi wartawan itu lebih susah dari blogger. Oleh karena itu, saya lebih memilih untuk menjadi blogger saja. Haha. Mulai dari etika, harus menguasai ini dan itu. Sedangkan jadi blogger? Mudah. Cukup punya blog lalu menulislah dengan sesuka hati. Dengan seperti itu kamu akan menjadi blogger. Namun, untuk menjadi blogger yang bisa menghasilkan uang tentu saja tidak semudah itu. Ada beberapa hal yang harus dikuasai sesuai bidang yang digeluti.
Misal kamu ingin menjadi blogger traveler, ya harus suka jalan-jalan. Punya uang yang cukup banyak untuk membiayai perjalanan dan akomodasinya. Jika kamu ingin menjadi blogger kuliner, ya kamu harus suka makan dan tahu seluk beluk makanan. Atau jika kamu ingin menjadi blogger galau, ya tinggal nembak cewek cantik yang tidak mungkin menerimamu. Nanti kan juga galau dan bisa jadi tulisan. Dan kadang takdir pun tidak sejalan dengan yang diinginkan. Kadang sudah susah-susah mengeluarkan uang untuk modal menjadi blogger, eh tidak menghasilkan uang yang bisa menutup modal tadi. Malah kadang ada yang tidak menghasilkan uang sama sekali.
Jika wartawan menganggap blogger itu tidak tersertifikasi, itu memang benar. Namun, jika menganggap tidak terseleksi, itu kurang tepat. Selalu ada seleksi alam terhadap profesi apa pun. Bahkan jadi blogger itu berat, karena untuk menghasilkan uang dari profesi blogger ini memang tidak mudah. Ada yang bisa jamin kalau memutuskan jadi blogger lalu bisa menghasilkan uang? Tidak! Justru dari banyak blogger yang ada, hanya sebagian kecil yang bisa menghasilkan uang. Ingat, sebagian kecil! Dan orang yang bertahan dan mau terus belajarlah yang akan lulus seleksi alam ini.
Jadi jika mungkin ada wartawan yang mencibir blogger karena kerjaannya menurut dia ga pro atau ga etis, ya coba ditanyakan dulu. Jangan-jangan memang dia disuruh kerja seperti itu. Haha. Lah kayak saya ini apa coba kerjaannya? Ga jelas sama sekali. Blogger yang cuma bisa nulis acak-acakan, kasih backlink, lalu dibayar. Dan lebih anehnya, ada saja yang mau bayar saya.
Jika kamu merasa aneh atau tidak paham dengan cara kerja blogger itu sangat-sangat wajar. Bahkan dosen pembimbing skripsi saya yang bergelar doktor di bidang komputer pun juga bingung dengan pekerjaan saya. Kug bisa dengan cara begitu saya bisa hidup dan membiayai anak istri. Soal rejeki memang rahasia Ilahi. Asal yakin, kerja dikit, langsung dapat duit. Kalau tidak ditakdirkan dapat duit, gulung-gulung di jalan, banting tulang siang malam, juga tidak dapat duit. Beneran deh. Saya sudah merasakan kerja ngebut, eh duitnya seuprit.
Jadi memang tidak bisa dibenturkan antara wartawan dan blogger. Biarkan keduanya bekerja dengan gayanya masing-masing. Wartawan dan blogger ini ibarat laptop dan komputer rumahan. Sama-sama bisa dibuat kerja, tapi beda gayanya maupun mobilitasnya. Kalau laptop bisa nulis sambil ngopi di kafe atau warung kopi. Nah, kalau komputer rumahan masa mau dibawa semua? Kan tidak mungkin. Dan tentu saja jika dilihat dari performanya, komputer rumahan dengan spesifikasi yang sama dengan laptop, akan tetap menang komputer rumahan.
Itu sih sekilas tulisan saya mengenai fenomena blogger yang menjamur saat ini. Seperti khasnya blogger, tulisan saya ini mungkin jauh dari kaidah 5W+1H. Tapi di sanalah letak mengapa dinamakan blogger. Nulisnya suka-suka, lah wong medianya (blog) juga punya sendiri. Oh yah, FYI, karena saking ngetren-nya blogger ini, sampai-sampai anak dari teman bapakku yang sebelumnya wartawan kini banting setir jadi blogger loh.
Belum ada tanggapan untuk "Semua Orang Bisa Menjadi Blogger, Tapi Tidak Semuanya Bisa Menghasilkan Uang"
Posting Komentar